Kamis, 11 Juni 2009

satu malam

Tertegun dalam diam,
menahan yang bisa ditahan
menahan sesak.
menahan tumpah.
menahan gerah.
resah.


Mereka pun sepertinya menatap dia dalam bingung.

Dia menatapnya.
Menatap mata ia bukan mereka.
Bibir dia terkatup rapat.
Tanpa kata.
Tanpa suara.
Tanpa bahasa.

Dia menarik nafas dalam-dalam,
untuk dibuang pelan dari mulutnya.
Menguatkan rasa
PERCUMA! Dia gemetaran sekarang.

Sepertinya ia mengerti apa yang dia rasakan.
sepertinya...
yah sepertinya...
Dia benar-benar tidak bisa menebak isi kepalanya,
apalagi isi dadanya.

Dia tumpah dalam pelukannya.
Tumpah dalam sesak,
mengeluarkan beban rindunya.
tumpah sejadi-jadinya.
tanpa bicara.
tanpa kata.
tanpa bahasa.
badanya terus bergetar menahan sesak

dan...
ia membelainya..
menguatkan....
MENGUATKAN???

Dia menjauh sejengkal dari dadanya.
mencari matanya
menatap keduanya.
ia berkaca. bening.
hampir saja basah.

Dia tenggelam.
Tenggelam dalam mata.
Mencari...
Mencari...
Namun tak ada juga jawabnya.

Dia bertanya, lirih.

Pertanyaan yang paling dibenci dia.
Dia akan percaya apapun yang keluar dari bibir .
Namun tak ada kata.
Hanya gelengan kepala.
Gelengan kepala yang bisa menguatkan dia.
Untuk tetap ada.
Tetap ada?

Dia selalu ada buat kita.

Dia berkaca.
Kini bukan dalam mata bisunya
Berkaca pada cermin yang tetap ramah menyapa.

Hey, lama tak berjumpa?"katanya ramah.
”Jangan basahi matamu, sayang...katanya kamu ingin ia bahagia?”

iya! aku coba,
jawab dia.

Esoknya, …
Dia tetap ada
Tetap dengan harapan yang sama di kepala.
Entah sampai kapan dia akan terus bertanya?
Sampai kapan ia akan terus ada dalam dadanya?

Tidak ada komentar: